Selasa, 08 April 2014

Ternyata, kayak gini nih pendidikan di Jepang.

Sekedar share, ^_^

Jepang, dikenal dengan negara maju. Teknologinya merajai dunia. Produk-produknya ada dimana-mana. Mobilnya memenuhi jalan-jalan di seluruh dunia. Kira-kira bagaimana anak-anaknya sekolah? Apa penuh dengan gadget yang canggih? Wong di negeri tercinta saja anak-anak SD sudah bawa hape. Kebetulan penulis artikel ini sudah 3 tahun terakhir study di Jepang. Sedikit berbagi aja, mudah-mudahan berguna ^_^

Sekolah ditentukan pemerintah kota

Untuk sekolah SD dan SMP di Jepang mendaftarnya di kantor balai kota. Kemudian balai kota-lah yang menentukan anak harus sekolah di mana. Jadi, nggak boleh milih sendiri. Penempatan sekolah pun berdasarkan alamatnya.
Anak SD dan SMP di Jepang wajib jalan kaki. Jadi, walopun di rumah punya mobil ferari, tetep aja nggak boleh di anter. Salah satu kelebihan sistem ini, nggak ada kemacetan akibat orang tua nganter anak ke sekolah.

Siswa berjalan ke sekolah dalam grup-grup yang sudah ditentukan. Mereka berangkat memakai topi kuning dan harus bersama-sama dalam grupnya masing-masing. Jika ada yang nggak masuk, ketua grup wajib melapor ke sekolah.


Di sekolah, anak-anak nggak perlu seragam kalo bukan pelajaran olah raga. Kira-kira seperti inilah teman-teman situasi di kelas mereka.



Ohya, pada saat penerimaan murid baru, orang tua dan siswa wajib menghadiri upacara pembukaan dengan memakai baju resmi--ber jas dan berdasi--. Enaknya, dalam acara seperti ini nggak ada makan-makan, jadi nggak repot ngeluarin biaya.



Ohya, teman... anak Jepang nggak perlu upacara bendera. Tapi herannya nasionalisme mereka nggak ada duanya di dunia.

Tas sekolah

Semua anak SD di Jepang memakai tas sekolah yang sama. Warnanya hitam atau biru bagi laki-laki dan boleh warna-warni bagi perempuan. Tas ini sangat mahal lho untuk ukuran saya. Harganya mencapai 30.000 yen, yaitu sekitar Rp. 3.5 juta. Jaminan garansi 6 tahun. Jadi sekali dipakai sampai lulus SD gitu. Inilah gambar tas sekolah anak Jepang.





Tak ada sekolah favorit

Jam belajar SD mulai jam 8 sampai jam 4 sore. Materi pelajaran tidak banyak. Matematika, bahasa Jepang, Seni, Olah raga dan life skill. Ohya teman, sampai kelas 2 itu siswa hanya diajar pipolondo (ping poro lan sudo) alias perkalian, pembagian, penjumlahan dan pengurangan. Materi itu diulang terus sampai faham.
Pelajaran bahasa Jepang mutlak diajarkan, nggak peduli untuk siswa asing sekalipun. Hurufnya hiragana dan katakana. Untuk kelas 1 SD harus hafal dan bisa menulis 80 kanji. Nanti kelas 2 harus hafal 150 kanji dan seterusnya. Cara menulis huruf kanji ini seperti orang menggambar, teman-teman. Jadi, harus dihafalkan. Salah cara menarik garisnya saja pasti ketahuan sama gurunya.
Olah raga di sini sangat ditekankan. Sehingga pembibitan atlet olimpiade dimulai sejak dini. Pelajaran IPA langsung ke alam. Siswa diajak ke kebun, diajak mancing, dan dari situ ilmu pengetahuan alam dimasukkan.


Ohya, tiap liburan musim panas, semua siswa diwajibkan membuat project. Entah itu seni, percobaan atau apapun. Buku-buku percobaan macam ini banyak sekali dan dijual dengan harga sangat murah.



Larangan membawa handphone (hape)

Selain wajib jalan kaki, anak SD dan SMP di Jepang dilarang membawa hape pada saat jam sekolah. Nanti kalo sudah SMA, baru boleh naik JITENSA ke sekolah. Baru mendapat SIM JITENSA. Kira-kira gambar Jitensa itu seperti ini.

Yah. Sepeda onthel nih teman-teman. Jadi jangan harap siswa SMP dan SMA di Jepang sempat menikamti sepeda motor, balapan.... mereka ke sekolah naik onthel.


Ohya, sekolah di Jepang itu hampir gratis. Kalopun bayar itu sedikit banget. Itu pun masih dikasih tunjangan sama pemerintah. Sebelum melihat sendiri, saya sendiri nggak nyangka, jika negeri yang maju dan terkenal ini ternyata mendidik siswa-siswinya dengan cara traditional.

semoga bermanfaat :)

Sumber  : KASKUS ^_^